Menyoal Diksi di Usia Senja, Perlukah?

 KBMN 28




Resume Pertemuan ke-18

Gelombang 28

Judul: Menyoal Diksi di Usia Senja, Perlukah?

Tema: Diksi dan Seni Bahasa

Narasumber: Maydearly

Moderator: Widya Arema

 

 

Malam ini aku baru saja tiba kembali di Bengkulu, setelah beberapa hari menemani adikku yang sedang berjuang. Sebuah perjuangan seorang ibu demi melihat kesembuhan anak-anaknya meski penyangga telah patah. Begitu pedih melihatnya, cobaan demi cobaan selalu saja akrab menghampirinya. Rupanya setelah Tuhan mengambil suaminya, masih belum cukup soal untuk menguji kesabarannya. Aku harus kembali ke Bengkulu meski tidak ringan kaki melangkah. Aku akan menghadiri undangan ananda sulungku ke Ponpesnya. Acara esok pagi tepat pukul 06.30 WIB kirab wisuda khataman dan Imtihan qiraati ke-6 akan dimulai. Beberapa hari yang lalu kami mendapat kiriman surat dari uminya tentang pesan yang ingin disampaikan dari ananda. Pesan yang diulang lebih tiga kali, yaitu jangan terlambat ya Ayah dan Ibu, datang yo.....kami putuskan untuk langsung menginap saja di kota Bengkulu agar tidak terlambat menghadiri undangan tersebut.

Selesai sholat magrib, aku mengelus mesra gadgetku yang selalu menemaniku kemana saja. Tentu saja chat teratas adalah grup KBMN28, tepat pukul 19.00 WIB grup mulai dikunci. Gembok kali ini dipegang oleh sahabat kita mbak Widya Setianingsih. Beliau sangat apik mengocok gurp malam ini. Mbak Widya mulai beraksi dengan puisi akrostiknya sambil menunggu narasumber Mbak Maydearly pakar diksi:

SAHABAT

Oleh : Widya Setianingsih

 

S ayap kami saling menyangga

A rungi berdua gemerlap letihnya dunia

H adirkan setiap warna membungkam resah yang ada

A baikan setiap mata munafik yang bersorak dalam duka

B iarkan tangan kami saling tergenggam, menguatkan dalam balutan doa

A tau mentertawakan takdir yang dengan seenaknya mengatur hilir mudik nestapa

T ak usah dengarkan mereka, cukup bersamamu hatiku jauh dari gulana.

 

Beliau melanjutkan mengirimkan sebuah karya indah dari mbak May, sebuah puisi lumer dengan diksi, yuk intip:

Senja Mengukir Cinta

Oleh: Maydearly

 

Deru angin dalam semilir

Mengukir ruang resah

Tentang senja paling gulita

Yang membawa rasa untuk dia.

 

 

Untuk rembulan dalam temaram

Ku titipkan singasana cinta

Berceloteh tentang rindu

Yang bersembunyi dalam diam.

 

 

Sunyi bertahta dalam gelap

Hampa riak suara, kelabu

Hanya menandu rindu

Dari cinta yang berselimut dingin.

 

 

Rasa cinta yang tetap terjaga

Bak bersanding dengan alam

Menjadi singgasana keabadian

Membumi dengan lubuk paling dalam.

 

 

Untuk dia, ku jaga rasa

Memeluk rindu seabad

Ku sampaikan dalam maya

Agar terukir cerita paling menawan.

 

Lalu sebuah foto kopdar dua putri ini melayang di gurp KBMN, saat di Jakarta tepat di 27 Desember 2022.


Om Dail juga menambahkan bahwa Mbak May pernah menyajikan nasi liwet saat dirinya silaturahim ke kediamannya. Inilah arti dari sebuah persahabatan berawal dari dunia maya menjadi nyata, subhanallah indahnya. Rayuan maut akan menggoda kita malam ini, sebab ini adalah kutipan rayuan Maydearly pada mbak Widya:

“Aku menyerumu dalam maya, merupa wajah dalam doa dan bismillah. Dengan cinta engkau mengubahku. Karena cinta selalu bisa mengubah apa yang selama ini sulit dirubah. Terimakasih selalu menjagaku dalam doa, dibandingkan dengan cintamu bahkan semesta pun nampak kerdil di pelupuku. I Love You to the Moon and Back. From Maydearly”

Setelah iklan ini usai, kelaspun dimulai. Sesi materi dibuka sudah, relung hatiku mulai merengkuh tegukan demi tegukan sajian lezat ini.

Bismillahirrohmaanirrohim..... beliau memulainya setelah mengajak kami berdoa terlebih dahulu.

Sahabat adalah kata sederhana yang acap kali merapal makna dalam jiwa. Pada sahabat kerap kita terbangkan kepingan kisah yang tersusun rapi. Sahabat adalah ia yang paling mengerti hati kita dalam lara nan pekat, meski kerap kita tancapkan luka, sang sahabat akan membalas dengan seribu pelukan.

Terkadang dalam hidup ada robekan paling tidak sopan yang menenggelamkan kita dalam tangisan, namun seorang sahabat membawa kita tertatih berjalan dan mengambil sisa tawa untuk masa depan. Menguatkan lewat doa dan menggenggam dengan Bismillah.

Lewat beranda virtual engkau goreskan kata, menjadi sebuah warna. Meski ada sapa yang ku abaikan, namun engkau perjuangkan  hingga sang Tunas pun muncul, bunga semerbak harum matang buah sedap nan ranum. Kau merawatnya, menyirami tanpa mengeluh, memupuk dengan sabar hingga memanen sebuah benih bernama persahabatan.

Beliau langsung meminta izin mengambil alih room WAG. Malam ini kami akan dibaluri dengan materi Diksi dan Seni Bahasa. Beliau berharap hadirnya materi ini dapat menjadi cemilan yang menawan di pembuka malam nan elegan.

“Malam ini terasa lebih istimewa entah para peserta yang sedang manis-manisnya atau aku yang sedang menggebu-gebu untuk bertemu para pejuang ilmu” sambungnya melancarkan serangan menggoda peserta. Peluru selanjutnya: “Malam ini  adalah rentetan senja yang patut kita raih dengan 'Bismillah'. Berharap ada candu setelah temu, sehingga kita bisa dipersatukan oleh pijakan bumi, dan saling bercabang di ujung mimpi”.

 

Apa itu Diksi?

Yuk disimak penjelasannya berikut ini:

Diksi – akar katanya dari bahasa Latin: dictionem. Kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi diction Kata kerja ini berarti: pilihan kata. Maksudnya, pilihan kata untuk menuliskan sesuatu secara ekspresif. Sehingga tulisan tersebut memiliki ruh dan karakter kuat, mampu menggetarkan atau mempermainkan pembacanya.

Dalam sejarah bahasa, Aristoteles – filsuf dan ilmuwan Yunani inilah yang memperkenalkan diksi sebagai sarana menulis indah dan berbobot. Gagasannya itu ia sebut diksi puitis yang ia tulis dalam Poetics– salah satu karyanya. Seseorang akan mampu menulis indah, khususnya puisi, harus memiliki kekayaan yang melimpah: diksi puitis. Gagasan Aristoteles dikembangkan fungsinya, bahwa diksi tidak hanya diperlukan bagi penyair menulis puisi, tapi juga bagi para sastrawan yang menulis prosa dengan berbagai genre-nya.

Menurut William Shakespeare dikenal sebagai sastrawan yang sangat piawai dalam menyajikan diksi melalui naskah drama. Ia menjadi mahaguru bagi siapa saja yang berminat menuliskan romantisme dipadu tragedi. Diksi Shakespeare relevan untuk menulis karya yang bersifat realita maupun metafora. Gaya penyajiannya sangat komunikatif, tak lekang digilas zaman.

 

Mengapa Diksi begitu penting dalam kajian sebuah bahasa?

Sebab banyak keindahan  atas sebuah kata yang tak tereja oleh bibir. Diksi bak pijar bintang di angkasa yang menunjukan dirinya dengan kilauan, mempesona dan tak membosankan.

Beliau lanjut menjelaskan: “Lantas, apakah begitu sulit kita dalam berdiksi?” Honestly I fell ashame membawakan materi tentang Diksi, karena saya bukan ahli sastra, lebih tepat hanya sebagai penyuka diksi. Begitu merendahnya beliau tentang ilmu yang melekat dalam dirinya.

Tak bisa dipungkiri bagi kami penulis pemula ini. Beliau turut menyuguhkan pengalaman tentang rasa takut dalam memulai sebuah tulisan, terkadang lidah kita merasa kelu untuk menulis sesuatu yang menakjubkan. Ada keraguan yang dibungkam sebelum diterjemahkan dalam bahasa. Berlomba bak ikan berada di hulu air mancur, melompat keluar satu per satu pertanyaan demi pertanyaan menggugah selera dan menghibur kami. Beliau lanjutkan dengan meluncurkan peluru pertanyaan pengungkit tenaga kami.

Apakah mungkin saya bisa menulis sebuah bahasa yang indah?

Saya merasa takut tulisan saya terdengar garing ketika dibaca.

Lalu kami dibabat habis dengan siraman ayat ini: Menulis itu sederhana Bapak Ibu, sesederhana mengadukan gula dalam gelas kopi. Menulis dari apa yang kita lihat, apa yang kita rasakan dan apa yang kita dengarkan. Lantas jurus apa yang harus kita pakai agar kita mampu menulis dengan segala keindahan. Gampaaaaaaang, Libatkan 5 macam panca indera kita.

 

Baiklah kataku, apa itu melibatkan panca indera. Beliau terus menggulingkan penjelasan dengan melibatkan kelima macam panca indera dalam menulis, yaitu:

1. Sense of Touch adalah menulis dengan melibatkan indera peraba. indra peraba dapat digunakan untuk memperinci dengan apik tekstur permukaan benda, atau apapun. Penggunaan indra peraba ini sangat cocok untuk menggambarkan detail suatu permukaan, gesekan, tentang apa yg kita rasakan pada kulit. Aplikasi indra peraba ini juga sangat tepat digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tidak terlihat, seperti angin misalnya. Atau, cocok juga diterapkan untuk sesuatu yang kita rasakan dengan menyentuhnya, atau tidak dengan menyentuhnya.

 Contoh:

Pada pori-pori angin yang dingin, aku pernah mengeja rindu yang datang tanpa permisi

2. Sense of Smell adalah menulis dengan melibatkan indra penciuman hal ini akan membuat tulisan kita lebih beraroma. Tehnik ini akan lebih dahsyat jika dipadukan dengan indra penglihatan.

Contoh:

Di kepalaku wajahmu masih menjadi prasasti, dan aroma badanmu selalu ku gantungkan dilangit harapan

3. Sense of Taste adalah menulis dengan melibatkan indra perasa. Merasakan setiap energi yang ada di sekitar kita. Penggunaan indra perasa sangat ampuh untuk menggambarkan rasa suatu makanan, atau sesuatu yg tercecap di lidah.

Contoh:

Ku kecup rasa pekat secangkir kopi di tangan kananku, sembari ku genggam Hp tangan  kiriku. Telah terkubur dengan bijaksana, dirimu beserta centang biru, diriku bersama centang satu.

4. Sense of Sight adalah menulis dengan melibatkan indra penglihatan memiliki Prinsip “show, don’t tell". Selalu ingat, dalam menulis, cobalah menunjukkan kepada pembaca (dan tidak sekadar menceritakan semata). Buatlah pembaca seolah-olah bisa “melihat” apa yang tengah kita ceritakan. Buat mereka seolah bisa menonton dan membayangkannya.  Prinsip utama dan manjur dalam hal ini adalah DETAIL. Tulislah apa warnanya, bagaimana bentuknya, ukurannya, umurnya, kondisinya.

Contoh

Derit daun pintu mencekik udara ditengah keheningan, membuatku tersadar jika kamu hanya sebagai lamunan

5. Sense of hearing adalah menulis dengan melibatkan energi yang kita dengar. Begitu banyak suara di sekitar kita. Belajarlah untuk menangkapnya. Bagaimana? Dengarlah, lalu tuliskan. Mungkin, inilah sebab mengapa banyak penulis sukses yang kadang menanti hening untuk menulis. Bisa jadi mereka ingin menyimak suara-suara. Sebuah tulisan yang ditulis dengan indra pendengaran akan terasa lebih berbunyi, lebih bersuara. Selain itu, penulis juga bisa berkreasi dengan membuat hal-hal yang biasanya tak terdengar menjadi terdengar.

Contoh

Derum kejahatan yang mendekat terasa begitu kencang. Udara hening, tetapi terasa berat oleh jerit keputusasaan yang dikumandangkan bebatuan, sebuah keputusan yang menghakimiku untuk tak lagi merinduimu

Itulah kelima panca indera yang harus digunakan saat memproduksi sebuah tulisan yang dapat mempengaruhi pembaca.

Beliau kembali melancarkan serangan diksi kepada kami. Ini benar-benar menghujani kami dengan diksi. Beliau lanjut berujar,  bahwa sering kali dalam menulis kita hanya melibatkan otak kita sebagai muara untuk berpikir tanpa kita dengar, tanpa kita rasa, tanpa kita raba, jika terkadang sesuatu di pelupuk mata bisa menjadi rongga untuk mencumbu tulisan kita. Mengapa kita selalu melihat kursi yang kita duduki dengan pandangan yang begitu sederhana? Sesekali buatlah ia mempesona dan anggun. Di atas kursi ini, aku pernah memeluk ratapan bagaimana menungguimu dengan sebuah doa takdim.

Setelah beliau melancarkan rayuan maut menggoda kami peserta KBMN ini, saatnya peserta beraktivitas. Aku tak mau ketinggalan, sebab grup yang tadi digembok terbuka lebar bagi peserta untuk merangkai kata:

Karyaku:

Sahabat

Sahabat dalam suka, namun kadang merobek jiwa. Tetap saja sahabat yang menanti dekapan erat saat tinta dunia menggores tak terperikan. Sahabat relung hati terhampar luas saat aku membutuhkan pundaknya. Tetaplah bercahaya dalam kegelapan. Wajahmu terkadang siap menerkam, tapi sayangmu menghujam tajam.

Belajar diksi akan kulumat sampai habis...

Happy weekend tak terlupakan. 🏂

Ahai aku mah, masih belum terbiasa menggunakan diksi. Namun aku akan berusaha menjadikan diksi hadir dalam aliran darahku. Berikut karya dari temanku:

1.       Karya Rismalasari dengan judul: Memanah Bintang

 

Memanah Bintang

Nun jauh di angkasa

Kelipmu goda hasrat diri

Tuk meraih mimpi

Bergumul dalam awan pengharapan

Bertaruh waktu perjalanan

 

Nun jauh gemintang malam

Cahaya mu semu hadirkan ragu

Tuk capai harapan

Berbagai rancangan dibiaskan

Berbagi waktu terlenakan

 

Hadirmu laksana memanah bintang

Jika telah lewat masa

Harapan pun kan hilang

Berganti pagi menjelang

 

2.       Rosjida Ambawani: Aku dan Kamu

    

Ku lihat lagi senyum mataharimu

yang buatku terpaku beku

Ku rasakan hembus nafasmu

mengalirkan darah biru rinduku

Ku dengar lembut suara indahmu

menyadarkanku kau bukan siapa-siapaku ...

 

(Ciamis, 17.02.23)

 

Mbak Mey takjub dengan karya teman-teman, kata manis keluar dari bibirnya mengapresiasi produksi diksi kami:  Masya Allah, membaca tulisan Bapak/Ibu membuat saya merasa kerdil memangku tugas sebagai narasumber.

Ada lagi, aku terpesona dengan ini:

Inikah Cinta

 

Inikah arti cinta untukku

Kini aku menaruh harap padamu

Meski itu hanya segenggam

 

Cukup bagiku meski segenggam

Yang kan membuatku tegak  berdiri

Kini di usiaku yang sudah menua

Tuk selalu bisa  ada di sisi buah hatiku

 

Luka yang kau tanam di hati

Meski jauh sudah ku kubur

Namun tega kau buka dan kau torehkan kembali

Hingga terasa laksana kau tabur garam di atas luka

Kau toreh luka di atas lukaku

 

Ku harap segenggam itu cinta tulus

Cukup bagiku tuk ku berani manatap wajahmu

Walau sungguh berat ku timbang rasa ini

Antara cinta, kasih dan sayang atau benci

 

Ku balut lagi sekuat jiwa

Ku yakinkan lagi diriku tentang kebersamaan

Ku kuatkan raga tuk mampu menatapmu

Meski taburan luka seakan memenuhi lahir batinku

 

Tak guna kata sesal

Karna takdir menggiringku

Tak guna kata keluh kesah

Karena semua sudah tersurat sah

Menjadi takdir yang ku jalani

 

 

Did you know a true writes is someone that never feeling down. Seberapa sulit hal yang kita hadapi she's never give up. Ia sama sekali tak putus asa, selalu berusaha mencoba dan terus mencoba.

 

Inilah goalnya aku suka kata-kata yang dirangkai jadi kalimat penyemangat untuk terus berevolusi menjadi lebih baik lagi. Beliau menyisipkan kalimat ini: “Seberapa sulit ia menata perasaan nya, she's always create a good idea ia selalu menumbuhkan ide2 baru. Tidak sulit bukan? Karena yang sulit adalah tidak ingin memulai”.

 

Lalu, tibalah kami pada sesi tanya jawab saat hampir setengah sembilan waktu Indonesia bagian barat.

Tuhan membawa pesona Sang Astuti lewat celah barisan kehidupan. Astuti  mengembara lewat kata, tawa, dan dilatasi warna. Diiringi bunyi menukik yang mencumbui keheningan, ia menjejakkan kaki dalam prosa bertajuk pelangi.  Astuti, di aroma tanpa irama kisahnya menggantung di langit mengepung jutaan bintang, liar dan berbinar menelusup otak dan jemari. Astuti mengendap lepas dari jenuh eligi kehidupan, tentangmu patut direguk tanya.

 

Mbak Widya memberikan kode-kode kesepakatan kepada mbak May pada sesi ini.

Pertanyaan pertama Mbak Endang Ratna Juwita dari Bogor

Pertanyaan:

1.Bagaimana caranya kita untuk bisa membuat diksi yg indah dan bisa menyentuh kalbu?

2.Adakah kamus atau buku yang berisi diksi?

3.Bagaimana menyingkirkan keraguan kalau tulisan diksi kita ini pantas untuk di baca?

terima kasih bu

Beliau langsung mengurai kata demi kata, berikut untaianya:

1. Cara membuat Diksi yang indah telah saya kemukakan di sesi materi, yaitu mencoba menulis dengan melibatkan kelima panca indera.

2. Kamus untuk Diksi maybe belum ada Bunda. Tapi ketika kita sering membaca tulisan dengan aroma diksi, kita akan piawai berdiksi.

3. Tulis saja, abaikan semua keraguan, lihat, rasakan, lakukan, tulis seindah jemari mampu mengubah isi hati.

Pertanyaan kedua dari Bapak Saepul Hikmah asal Rengasdengklok Karawang:

Pertanyaan Diksi dan Puisi tidak bisa dipisahkan, bagaikan sambel dan pedasnya.

Pertanyaan nya apakah Diksi dan Puisi ada pada tatanan akal pikiran?  Bukankah struktur manusia terdiri dari jasad, akal fikiran, fuad, luf dan ruh? Bagaimana cara agar bisa dengan mudah merenda kata sehingga siapapun yang membacanya menggetar dan terpincut hatinya menjadi gundah gulana trimakasih

Langsung dilumat habis pertanyaan ini dengan mbak May, berikut untaian kalimatnya:

Apakah Diksi dan ada pada tatanan pikiran?

Diksi tak melulu untuk puisi ya Bapak ibu.

Bagaimana Diksi itu bisa masuk dalam pelataran logika, karena logika adalah akal yang digerakan sebuah ruh. Tulisan adalah hasil karya dari sebuah jasad yang diperintah oleh otak, kemudian ia menapaki kalbu sebagai jejak untuk bersuara.

Suara itu tak melulu tentang ucapan, pula sebuah tulisan dengan segala keindahannya.

 

Pertanyaan lainnya masih seputar tips bagaimana cara mengembangkan Diksi. Beliau sangat jelas menguraikannya, tipsnya adalah dengan memperbanyak muara baca. Semakin banyak bahasa yang kita sentuh, semakin kaya padanan kata/diksi yang bisa kita jumpai. Jadi, siaplah dengan memulai dan membaca.

Disini saya tekankan Diksi tak melulu untuk puisi. Diksi dijabarkan sebagai kekayaan bahasa, memaknai kata sebagai bentuk keindahan. Layaknya secangkir Teh, ada hangat yang perlu diresapi karena bahasa adalah jembatan dimana kita bisa mengerti dan saling memahami.

Tulisan saya untuk Diksi kebanyakan adalah sebuah cerpen. Diksi adalah bagian dari Seni Bahasa, karena seni Bahasa itu meliputi menulis, dan berbicara.

Lalu libatkanlah kelima pancaindera dalam menulis. Bagaimana mengolah panca indera agar tergali? Panca indera itu melekat dalam jasad kita, kita tak perlu  perintahkan ia untuk memandu hati kita membuat sebuah tulisan yang indah. Tugas kita adalah menerima sinyal dari kelima panca indera tersebut yang kemudian kita bisa jabarkan dalam sebuah tulisan. Ketika kelima indera itu kita libatkan, maka tak ada tulisan yang biasa.

Pepatah mengatakan menulislah dengan hati. Karena apa? Karena hati mampu menerka indera kita dengan baik.

Perlu diingat kaitan diksi dengan puisi, bahwa puisi yang bagus itu bukan yang sulit difahami, tetapi memiliki pola arti dan tujuan. Setiap bait mengandung simpulan. Diksi hanyalah sebuah pemanis untuk mempercantik sebuah puisi. Yang lebih penting adalah ungkapkan rasa yang lebih tepat. Karena rasa lahir dari hati ia tak pernah munafik, setelah rasa itu diutarakan, entah bahagia atau emosi ia akan lahir dalam diksi yang natural. Diksi juga dapat hadir dalam karya ilmiah, apalagi terkait sastra dan bahasa.

Emosi adalah bahasa hati. Biarkan ia mengalir luruh agar sampai pada puncak nan elegan. Menulislah dengan hati yang jujur, karena tulisan yang dicampuri oleh hati, maka ia akan sampai pada hati pembaca.

Beliau memebrikan tips ini: saat kita semakin emosi biasanya Diksinya makin banyak . Makin baper, makin super. Makin Bucin tulisan makin micin (Nano-nano) karena saya selalu libatkan hati.

Karena diksi adalah padanan kata, ketika kita biasa menulis dengan bahasa sederhana, contoh 'mengucap' sesekali kita ganti dengan 'merapal'. Lebih aneh, lebih terkesan dan lebih membuat penasaran pembaca bukan? Ketika Diksi datang berjuntai mengalungi pikiran kita, maka kita hanya perlu menyusun rapi dengan apik. Agar tulisan kita menjadi epik nan menarik.

Perhatikan hal berikut:

kebersamaan kita memang hanya di udara.

Tapi tak menyurutkan  terjalinnya suatu kisah.

Ruang dan waktu kita memang beda

Bukan berarti rasa tak boleh sama.

Saat-saat langkah terayun menjauh

Jarak kitapun semakin membentang

Akankah semuanya tinggal kenangan

Atau hanyut terbawa gelombang

Bahkan sirna terkubur oleh waktu.

 

Hal ini kode bahwa kelas akan segera berakhir malam ini. Berikut closing statemennya:

“Semoga pertemuan ini adalah awal tegukan yang manis, mengawali cerita di layar kaca, menyusun kepingan kata,  dan diseduh dengan rasa bahagia untuk terus belajar berprosa. Karena bahasa adalah jembatan antara hujan dan kemarau yang ketika dibubuhi embun ia menjadi pelangi, indah nan elegan”.

 

Terima kasih Bu May atas paparan materi malam ini. Aku terpesona dan belum dapat berucap banyak. Namun akan kulumat materi ini dan kuikat dengan resume ini agar tidak terbang meninggalkan pikiranku.

 

Mbak Widya mulai mengaji ayat demi ayat penutup malam ini. Duet maut sang putri diksi malam ini sangat memukau, kusimpan disini:

“Waktu seakan cemburu melihat keromatisan kita

Maka sebelum waktu membunuh kedekatan kita. Biarkan kita mengalah untuk berpisah.

 

" Waktupun mengurai tetesan hujan menjadi bulir-bulir kenangan. Ia menelusuk tanpa permisi menuju nurani."

Sobat, bukan suatu kebetulan kita bisa bersama di dalam kelas menulis PGRI ini. Semua ada visi dan misi yang telah dititipkan Sang Maha Esa pada diri kita masing-masing.

 

Bisa jadi visi dan misi yang sangat besar  yang membuat kita bisa mengubah dunia dengan tulisan kita, atau visi misi paling sederhana membuat kita berguna bagi keluarga, sahabat kita untuk mewarnai lingkungan dengan aura positif.  Tapi dari semua itu ada visi misi terbesar yang di gariskan untuk kita lalui.

 

️Menulis membuat kita bahagia...

️Menulis membuat kita berbeda...

️Menulis membuat kita   terkenang.

️Menulis adalah obat paling mujarab untuk kita saat terluka.

️Hanya dengan menulis membuat kita bisa menjadi diri kita sendiri.

 

Jadi sejatinya kita menulis bukan untuk dunia. Tapi..

 

KITA MENULIS UNTUK DIRI KITA SENDIRI”.

Wow amazing kelas malam ini. Alhamdulillah dapat siraman rohani tentang diksi, aku tercengang sekaligus terpesona. Lama aku berpikir sampai resume belum dapat kubuat saking terpesonanya. Kubaca dan kuulangi berkali-kali, dari mana aku memulai memenggal kata untuk menyusun kalimat demi kalimat bermakna. Akupun menggoda grup yang lama tak ribut karena program guru penggerak sudah usai. Aku mulai menggoda mereka dengan mencoba menuliskan puisi akrostik dibalur sedikit diksi. Maaf karena baru belajar, idenya kumulai dengan nama teman atau postingan terbaru teman di grup itu. Baiklah aku abadikan jejaknya disini:

 

 

1.

 KEJUJURAN

Kemana arah biduk kau kayuh

 

Entahlah, namun aku tak sengaja terhanyut bersama perahumu

 

Jejak ruang relung hati gelap seketika

Urusan kita belum selesai, masih ada pr besar. Tiba-tiba bisikan tak sopan menyelinap masuk ke telinga

 Jemawa melekat dalam aliran darahmu, sejak lahir zaman baru

 Urus saja dirimu, nanar aku bak gugur kuntum sakura saat dimusim semi mengingat celotehmu malam itu

 Ramuan apa ini? Pemanis buatan

 Akankah menjadi penyedap rasa atau malapetaka

 Nelangsa tak mampu membendung bulir kristal di sudut matanya saat relung hati mulai tertutup.

 

Kebetulan ada pesan terbaru temanku tentang KEJUJURAN dari Pak Riswandi. Lalu kubuat pula puisi sesuai nama temanku yang berkomentar tentang itu, yaitu Roli dan Tri W. Mereka ini sahabat guru penggerak yang sangat bersemangat dan menginspirasiku.

 

2.   ROLI

 Remah remah kilatan cahaya hatimu selalu merindu

 Oh seri kehidupan selalu misteri

 Lalu bagaimana dunia nanti jika sudah heboh tentang metaverse

 Inilah kehidupan yang semula nyata menjadi khayalan. Tetaplah beriman agar tak tersilapkan.

 

3.       TRI W

 Tak terhingga nikmat Tuhan kau rengkuh

 Rahmat dan kasihnya menyelinap hadir dalam hidupmu

 Indahnya kasih Tuhan, selamat berbahagia saudaraku.

 Walau kita belum bersua namun kau bersemayam dihatiku.


Aku merasa cukup untuk resume kali ini. My life is not perfect, but i am thankful for everything i have, kata bijak dari amazing ini melintas di beranda Facebookku. Aku setuju dengan ini, tetap bersyukur dengan apa yang kumiliki.

Sambil kudengarkan lantunan lagu ini:

...

You're a winner for a lifetime

If you seize that one moment in time

Make it shine

....

Sampai pada penggalan lirik lagu yang berjudul One Moment In Time ini, merasuk ke jiwa. Membuncah gemuruh di dada untuk segera menggenggam dan mendekap buku soloku. Bekal diksi malam ini akan menambah percaya diriku dalam menulis meski diusia senja. Diksi tidak memandang usia, karena sebuah seni dalam bahasa. Untuk meramu kata, menjadikan tulisan berbumbu dan sedap dibaca, maka perlu menyematkan diksi di dalamnya.

Terimakasih PGRI, terima kasih Om Jay, Om Dail, Mbak Widya dan Mbak May yang telah menebar racun dan mantra meringkus dan membiusku untuk terus berada di frekuensi ini.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PELUANG KEJADIAN MAJEMUK

WISATA MATEMATIKA

SI BUDI BERTANYA tentang MODUL AJAR