Penerbit Indie, Alternatif Punya Buku Solo?

KBMN 28


Resume pertemuan ke - 23

Gelombang 28

Judul: Penerbit Indie, Alternatif Punya Buku Solo?

Tema: Menerbitkan Buku Semakin Mudah di Penerbit Indie

Narasumber: Raimundus Brian Prasetyawan, S. Pd.

Moderator: Nur Dwi Yanti, S. Pd.


Malam ini kita akan meresume tentang menerbitkan buku indie. Yuk berikut resumenya:

 

Kami diberikan link profil narasumber untuk mengenal lebih dekat

👇

https://www.praszetyawan.com/p/profil.html

Sapaan akrab beliau adalah Om Ian.

https://www.praszetyawan.com/2022/10/menerbitkan-buku-dengan-harga.html?m=1

Kami diberi kesempatan membuka dan membaca link yang dieberikan.

Menerbitkan buku di penerbit indie atau independen dapat menjadi pilihan yang menarik jika para sahabat ingin mengontrol proses penerbitan dan distribusi buku secara mandiri, intinya ini ya.

Hal ini dikarenakan ada banyak kemudahan bagi kita, jika melalui penerbit mayor tentu saja kita harus siap menanti dan ada kriteria sehingga buku kita diterima dan masuk kualifikasi di penerbit mayor. Benar-benar mandiri karena di penerbit indie, kita dapat mengajukan secara individu atau kelompok dan mengontrol distribusi sesuai keinginan kita. Tetap saja syarat utamanya ada draft tulisan yang sudah disiapkan ya gaes. Begitu Bu Yanti memandu kami. Beliaulah yang membersamai Om Ian malam ini.

Kami sudah berada di pertemuan ke 23. Ini ajaib karena sudah 23 judul tulisan aku buat resume. Keren ya, tanpa disadari ketika menulis setiap hari sudah menjadi kebutuhan akan terasa ringan menulis itu. Beliau mendoakan kami semoga terkumpul 30 resume, aku turut mengaminkannya. Selain itu, harus ada buku solo, agar lulus dipelatihan KBMN iini. Nah materi malam ini akan membekali kami untuk menerbitkan tulisan secara mandiri/indie.

 

Beliau bercerita tentang dunia penerbitan, saat itu ketika penerbit indie belum eksis seperti sekarang, kita hanya tahu bahwa penerbit buku yang ada itu hanya penerbit mayor seperti Gramedia, Grasindo, Erlangga, Elex media, Andi, dll. Penerbit mayor menerapkan seleksi naskah, sehingga belum tentu naskah kita diterima. Perbit indie kebagian dari sisi yang menerima naskah tanpa seleksi.

Memang itu dilakukan agar penerbit mayor mendapat naskah yang benar-benar berkualitas dan diperkirakan akan laku dipasaran. Tahap seleksi naskah menjadi tantangan untuk bisa menembus penerbit mayor. Penulis harus berjuang mencoba mengirim naskah ke beberapa penerbit hingga bisa diterima oleh suatu penerbit mayor. Penolakan naskah menjadi makanan sehari-hari penulis. Ketika naskah diterima pun proses penerbitannya sangat lama.

 

Penting diingat jika tidak terpilih di penerbit mayor ada jalan lain yaitu penerbit indie yang bisa menjawab rintangan-rintangan tersebut. Beliau menyebutkan kemudahannya yaitu:

Naskah pasti diterbitkan

Proses penerbitan mudah dan cepat

Menerbitkan di penerbit mayor bisa lebih dari setahun prosesnya, Kalau di penerbit Indie dalam hitungan bulan saja

Maksud saya adalah menggunakan jasa penerbit indie maupun mayor perlu waktu yang tepat untuk penulis

Menurut saya seperti ini: Untuk penulis pemula yang baru pertama kali akan menerbitkan buku, bisa dicoba mengawali di penerbit indie. Jika bukunya cepat terbit akan menjaga semangat menulis.

Akan ada waktunya kita perlu merasa upgrade jika sudah sering menerbitkan di penerbit indie. Tentu kita perlu tantangan lagi dalam menulis. Barulah penerbit mayor tepat untuk penulis yang ingin upgrade.

Beruntung di KBMN PGRI kita juga punya narasumber Prof. Eko Indrajit yang bisa membantu kita untuk tembus ke penerbit Mayor yaitu Penerbit Andi. Jadi begitulah penerbit Indie dan mayor saling mendukung untuk para penulis

Lalu apa ciri-ciri penerbit indie? Pertanyaan mulai memancing suasana hening malam ini. Beliau lanjut menggoda kami:

“Jadi bapak/ibu tidak merasa sendirian dalam proses penerbitan buku. Ada saya yang mendampingi dan menjawab berbagai pertanyaan seputar proses penerbitan. Sehingga bapak/ibu merasa tenang bahwa buku pasti akan terbit

Sebelumnya beliau  sering juga mendapat cerita kasus hambatan yang dialami peserta kbmn dalam menerbitkan buku yaitu:

- biaya mahal

- biaya murah bahkan gratis diawal, namun jadi mahal akhirnya

- ketidakjelasan nasib naskah setelah berbulan-bulan

- ketentuan berubah2 tidak sesuai dengan di awal.

- ada ketentuan yang tidak disampaikan di awal

 

Karena belajar dari kasus-kasus tersebut, beliau ingin membantu kami memilihkan penerbit yang sudah terpercaya dengan harga terjangkau dan mengawal sampai naskah terbit menjadi buku. Beliau sudah memberikan sinyal tentang penerbit mana saja. Kisaran biaya Rp. 400.000,00 saja, penulis akan dapat 2 buku. Adapun menurut beliau, daya tarik penerbit ini:

1. Biaya terjangkau, tidak perlu sampai jutaan rupiah

2. jumlah maksimal halaman sangat banyak yaitu 280 hal A5. Jadi bapak/ibu tidak kena biaya tambahan halaman walaupun bukunya setebal 280 halaman A5.

3. Penerbit ini menjualkan buku terbitannya di tokopedia dan shopee

Ingat ya: menerbitkan buku perlu waktu untuk proses terbit. Bukan seperti fotokopi yang sehari jadi.  Jadi jangan minta ada deadline kapan buku harus terbit. Misalkan karena untuk kenaikan pangkat, buku diminta agar terbit secepatnya. Waktu proses penerbitan sampai 3 bulan jika ISBN, Karena ISBN sekarang prosesnya ketat.

 

Lanjut masuk pada sesi  tanya jawab ya gaes.

Ibu Imro'atus Sholihah_Jombang menjadi penanya pertama:

Apa yang membedakan antara penerbit Indie, Self Publishing, dan Mayor?

Beliau menjawab: Sebenarnya bisa dilihat dari ciri-ciri penerbit Indie. Penerbit mayor kebalikannya penerbit indie. Sebagai contoh: penerbit indie tidak memasarkan buku terbitannya  ke toko buku. Penerbit mayor memasarkan buku ke toko buku.

Penanya kedua oleh Ibu Rosjida Ambawani - Ciamis

1.      Apa syarat naskah memperoleh ISBN?

2.      Bolehkah buku solo berasal dari resume 20 pertemuan saja?

3.      Untuk buku solo yg berasal dari resume tentunya judul resume beda-beda jadi apa perlu dikelompokkan dulu berdasar yang dekat tema materinya? Dan semua gambar, dll yg ada di setiap resume dimasukkan ke template? Makasih.

Beliau  menjawab:  

1. Ini penting tentang naskah yang lolos dapat ISBN. Harus kita sadari bahwa naskah yang dapat ISBN adalah naskah yang tujuannya diedarkan secara luas. Bukan untuk intern suatu instansi/lembaga. Jadi jangan cantumkan nama sekolah atau nama pelatiham

2. Boleh

3. Ini silakan keputusan bapak/ibu masing-masing. Bisa dikelompokkan berdasarkan jenis tema, bisa juga tidak usah dikelompokkan.

 

Untuk gambar sebaiknya dipilah yang penting saja. Karena kalau di penerbit saya, maksimal cantumkan 10 gambar saja

Berikut pertanyaan ketiga:

Assalamu'alaikum, HR. Utami_Semarang

Mohon penjelasan pada Om Brian, apa maksud mudah dan tanpa revisi, pasti terbit? 1. Apakah berarti tulisan kita tidak melalui proses editing atau profreading? 2.  Apkah ini yang dimaksud, mengapa Perpusnas menghambat pemberian ISBN, karena mencetaknya cuma sedikit (boleh dikatakan tidak dipublikasikan? 3. Seandainya seperti saya butuhnya bukan hanya 4 (2 utk saya, 2 untuk Perpusnas), tetapi juga akan saya pasarkan pada Mhs. saya, wong memang buku teori? Bagaimana prosedrnya, bayar putus (hanya mencetak sesuai kebutuhan. atau royalti, seandainya itu bisa terus tiap tahun? Terima kasih.

Beliaupun menjawab:

1. Tulisan tetap melalui editing penerbit, tapi edit ringan saja tidak mendalam. Artinya yang diedit adalah hal-hal yang sangat terlihat secara sekilas.

2. Harus diakui, betul begitu. Maka kita harus posisikan naskah akan diedarkan secara luas.

3. Mencetak sesuai kebutuhan. Biaya cetak ibu yang bayar. Silakan ibu tentukan sendiri harga jualnya

 

Sebenarnya masih banyak pertanyaan seputar penerbitan, ongkir, tambahan biaya dan sebagainya. Intinya kalau urusan penerbit indie tanay sama Om Ian.

 

Sekian resume malam ini ..terima kasih tim Solid Omjay dan semuanya...sampai ketemu lagi diedisi selanjutnya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PELUANG KEJADIAN MAJEMUK

WISATA MATEMATIKA

SI BUDI BERTANYA tentang MODUL AJAR