Tips Menjadi Penulis Handal

 KBMN 28

Judul : Tips Menjadi Penulis Handal

Pertemuan ke-7

Tanggal 23 Januari 2023

Gelombang 28

Tema : Mengatasi Writer's Block

Narasumber: Ditta Widya Utami, S. Pd., Gr.

Moderator: Raliyanti, S.Sos., M.Pd.


Assalamu'alaikum, Wr. Wb

Yuuuk kita merangkai kata kembali dalam balutan resume ke-7 malam ini. Malam yang tak sabar kunanti karena tips menjadi penulis akan dibahas disini bersama narasumber hebat muda sudah beprestasi yaitu Mbak Ditta dan pengawal kece kita Mbak Rali. Duet maut malam ini akan menambah kobaran semangat untuk terus menelusuri lorong demi lorong dunia kepenulisan.

No tipu-tipu, tapi tipu= tirulah para pakar menulis untuk bisa menulis. Ayo...yo ayo...kita bisa menjadi penulis hebat. Bermula dari pemula barulah menjadi mahir....Jika takut memulai maka tak akan pernah mahir.....Marilah kita simak goresan kisah malam ini....yuk.....siapkan kopi hangatnya...

Bismillahirahmaanirrohiiim....

Tanda akan dimulai kelas adalah grup WA dikunci. Inilah bel masuk kami di kelas online via WAG. Omjay izin untuk menutup WAG, tepat setelah pantunku terkirim saat itu pukul 18.50 WIB. Ahai pantun yang langsung dibuat karena Pak Teguh yang menginspirasi. 

Tak pernah merasa rapuh

Setiap hari kumulai merengkuh

Rangkaian kata seperti pak Teguh

Ku akan meresume yang ke tujuh

Bu Helwiyah lansung kasih komen "mantap.....👍" Aku nyengir kuda sambil menikmati kue apam buatanku. Ia, saat itu hari kamis lalu ada saudara Bapak meninggal dunia, akhirnya kami memutuskan harus bermalam di rumah saudara yang jaraknya lebih kurang dapat ditempuh selama 4 jam perjalanan dari Kelurahan Napal Kabupaten Seluma. Khabar duka itu mendadak kami terima, jadi nasi yang dimasak tentu saja akan terbuang jika ditinggal bermalam. Ideku muncul untuk membuatnya menjadi tapai saja, kebetulan di kulkas ada raginya. Langsung take action sebelum meninggalkan rumah, dan sekembalinya kami ke rumah dua hari berikutnya tapainya jadi namun belum ranum. Kubiarkan sehari lagi supaya lebih ranum, nah ini bahan dasar membuat kue apam yang dicampur tepung beras, santan, dan gula aren, didiamkan sebentar buuth proses berfungsinya ragi dari nasi dingin tadi dengan semua bahan sekitar 3-5 jam di kulkas, lalu dikukus. Jadilah kue apam yang manis dan lezat menemaniku malam ini.

Omjay....Omjay....mantramu mulai bekerja lagi, membaca dan menulis, baca-baca dan baca lagi. Begitulah prosesnya. Omjay memotivasi anggota grup yang belum berhasil membuat resume atau blognya sepi. Beliau menawarkan untuk tidak sega-segan japri Omjay dan tim solidnya. Ia saya pernah japri Omjay kirim link blogku, langsung dikomen dengan komenan positif dan menambah semangat menulis. "Tidak perlu malu, yang penting tulis dulu dan terus menulis, lalu lihatlah apa yang terjadi...", benar-benar ajaib mantra ini.

"Di dalam kesulitan itu pasti ada kemudahan, dan sebaliknya. Kesulitan itu datang dari kita sendiri" lanjut Omjay membakar semangat kami malam ini. Harapan Omjay gelombang 28 banyak peserta yang lulus. Penulis yang rajin membaca akan menghasilkan sesuatu, entah keliling dunia, banyak ilmu dan pengetahuna yang didapat, dicontoh, kemudian diamalkan . Aaamiiin ...aaamiiin...aaamiiin... ya Allah... 

Siaap Omjay, aku akan keliling dunia dibawa oleh tulisanku terbang gratis....It's my dream, I hope someday it's come true.  Gumamku sambil melumat apam kukus yang manis, bertambah manis menyimak Mbak Dita sang inspirator malam ini.

Kelaspun dimulai dengan perkenalan moderator  Ibu Raliyanti yang biasa dipanggil Rali, begitu katanya. Dari cara beliau menyapa dan bertutur tampak bahwa sangat berpengalaman dan berilmu. Ah...keren abis tim solid Omjay. Selain pintar, cerdas, berisi, dan baik hati.. Alumni gelombang 20 bersama Om Dail dan bu Helwiyah. 

Asyek dapat bocoran lulus KBMN, menurut Bu Rali yaitu: Menyelesaikan resume on time, saling BW (Blog Walking), jumlah resume sesuai yang diminta, dan berhasil memiliki buku karya sendiri.  Ini sedikit tips dari beliau. Sebelum kelas dimulai Pak Teguh juga memberikan tips membuat resume, dan Om Dail memberikan tutorial membuat blog yang mudah dan cepat. Lengkap sudah seharusnya membekali peserta KBMN gelombang 28 dapat berhasil menjadi penulis. Buku yang berjudul "Wujudkan Mimpi Terbitkan Buku" menjadi buku solo pertamanya, lanjut buku kedua "Guru di Era Digital" dan buku antologi sebanyak 17 buku. Waw saya kira ini proses yang harus dilalui dalam meraih mimpi menjadi penulis.


Tampilan Menarik Wujud Mimpi Bu Rali

Giliran narasumber Mbak Dita dipersilahkan untuk menguasai panggung WAG. Moderator mempersilahkan ibu muda geulis, smart, baik hati dan tidak sombong. Guru yang segudang prestasi, baik dibidang menulis maupun lainnya. kami disuguhi link blog Mbak Dita untuk lebih jauh mengenal narasumber hebat dan menginspirasi malam ini. berikut link profil Mbak Dita: https://dittawidyautami.blogspot.com/p/profil.html?m=1. Izin save ya mbak.....agar ada jejak kita pernah bersama.

Menurut Mbak Dita menjadi penulis tentu harus berproses, bukanlah seperti memasak Mie instan ..eh bukan... tidak bisa instan maksudnya. Beliau tidak lupa memberikan pujian kepada kami yang membuat resume yang jauh lebih banyak dari sebelumnya dan selain itu tulisannya tergolong bagus-bagus. Wah, bisa juga ini jadi kompor biar kami semakin meledak untuk terus terbakar semangat menulisnya. Begitu tutur pemilik akun kompasiana ini https://www.kompasiana.com/ditta13718 dan blognya : https://dittawidyautami.blogspot.com. Yuuuuhuuuu siaap BW .... ini perjalanan rekreasi yang menyenangkan berkunjung ke alumni KBMN gelombang 7 dan Pengajar Praktik Angkatan 3 dan 6.

Coba lihat mantra Omjay yang merasuki beliau: "Saya sangat bersyukur, karena berawal dari arahan untuk membuat resume, saya kemudian kembali aktif menulis di blog. Bahkan berkesempatan menulis bersama Prof. Eko. Alhamdulillah menjadi 1 di antara 9 orang (angkatan pertama tantangan Prof. Eko) yang bukunya terbit di penerbit mayor". Apa coba kalau bukan virus menulis yang disebarkan Omjay menular hingga ke seluruh pelosok negeri melalui KBMN PGRI.

Tentu kebiasaan menulis Mbak Dita sudah ada sejak beliau masih Sekolah Dasar. Beliau menjadi penulis mading, menulis diary hingga buku antologi, kemudian buku solo yang berhasil diterbitkan penerbit Mayor bersama Prof. Ekoji.

Kebiasaan menulis ini mempermudah langkah beliau selanjutnya di Perguruan Tinggi. Menulis apa yang dirasakan dan dilihat berhasil beliau praktikkan dengan menghasilkan karya yang berhasil di posisi juara 2 saat Lomba Kreativitas Mahasiswa di Jurusan bersama rekannya dengan judul: Petualangan Kimia". Lebih keren lagi pernah dapat danah Hibah dari Asosiasi Profesi Dikti sebesar 40 Juta Rupiah dari kemampuannya menulis proposal pada tahun 2009-2010.

Setelah vakum beberapa tahun saaat menapaki dunia kerja, beliau berhasil kembali menggeluti ruang kepenulisan bersama PGRI gelombang 7 saat pandemi melanda negeri ini. Inilah faedah dari kegiatan menulis yang sudah beliau rasakan. Lalu bagaimana dengan Anda, tertarik menjadi penulis?

Apa itu menulis? ia untuk menjadi penulis handal harus tahu dahulu yang satu ini.
Menurut Mbak Dita, "Menulis adalah kata kerja yang hasilnya bisa sangat beragam. Oleh karena itu tak hanya novelis, cerpenis, jurnalis atau blogger, namun ada juga copywriter yg tulisannya mengajak orang untuk membeli produk, ada content writer yang bertugas membuat tulisan profesional di website, ada script writer penulis naskah film/sinetron, ada ghost writer, techincal writer, hingga UX writer, dll".


Lanjut beliau menyebutkan bahwa "Faktanya, penulis-penulis tersebut masih bisa terserang virus WB alias Writer's Block. Tak peduli tua atau muda, profesional atau belum, WB bisa menyerang siapa pun yang masuk dalam dunia kepenulisan". Macam virus juga kalau begitu.



Beliau melanjutkan materi, "WB adalah kondisi dimana kita mengalami kebuntuan menulis. Tak lagi produktif atau berkurang kemampuan menulisnya. Hal ini bisa terjadi dengan disadari atau pun tidak dan secepat kilat tanpa diundang. Istilah writer's block sebenarnya sudah ada sejak tahun 1940an. Diperkenalkan pertama kali oleh Edmund Bergler, seorang psikoanalis di Amerika". ini akan terjadi berulang dan tiba-tiba, hati-hati dan perlu diwaspadai penyakit ini.



Lalu bagaimana seorang penulis untuk mengenali WB dan cara mengatasinya? Pertama kali harus dikenali penyebabnya, berikut ini uraiannya sekaligus tips mengatasinya:



- Mencoba metode/topik baru dalam menulis sebenarnya bisa menjadi penyebab sekaligus obat untuk WB. Misal ketika jadi penyebab:

"Ada orang yang senang menulis cerpen atau puisi. Kemudian tiba-tiba harus menulis KTI yang tentu saja memiliki struktur dan metode penulisan yang berbeda. Bila tak lekas beradaptasi, bisa jadi kita malah terserang WB".

- Dalam Kamus Psikologi, stres diartikan sebagai ketegangan, tekanan, tekanan batin, tegangan dan konflik.

- Lelah fisik/mental akibat aktivitas harian yang padat juga dapat memicu stress.

Pada akhirnya, jangankan menulis, kita bisa merasa jenuh dan suntuk. Terserang WB deh.
Maka, mencoba hal baru dalam menulis bisa jadi alternatif solusi.

Mempelajari hal-hal baru yang berbeda dg sebelumnya pasti menyenangkan.

Beberapa teman dan saya sendiri terkadang memilih untuk sejenak rehat dan melakukan hal yang disukai untuk refreshing.

Membaca buku-buku ringan untuk cemilan otak juga bisa jadi solusi mengatasi WB. Biar bagaimanapun, WB bisa terjadi karena kita belum bisa mengekspresikan ide dalam bentuk kata.

Dengan membaca, kita bisa menambah kosa kata. Pada akhirnya, jika diteruskan insya Allah bisa sekaligus mengatasi WB.

- Terakhir yang bisa menyebabkan WB adalah terlalu perfeksionis.


Beliau bertutur ketika membuka kembali diary berbahasa Inggris yang ditulis saat duduk di kelas 2 SMP, beliau akan tersenyum bahkan tertawa sendiri. penyebabnya karena grammer yang masih kacau, tapi tetap saja PeDe menulis, ini kunci mengatasi WB.

Menurut beliau jika terlalu perfeksionis, terlalu memikirkan apakah tulisan sudah sesuai kaidah atau belum, niscaya diary berbahasa Inggris itu tidak akan pernah rampung. Kondisi menulis dimana kita tidak memikirkan salah eja, salah ketik, koherensi dsb ternyata dalam dunia psikologi dikenal dengan istilah free writing atau menulis bebas.

Tips berikutnya untuk mengatasi WB adalah menulis bebas. Menulislah apa saja asalkan menulis, jangan pikirkan apapun, "Nah, jadi siapa di sini yang masih khawatir tulisannya tidak dibaca? Khawatir dinyinyir orang? Khawatir dikritik ahli? Khawatir tulisannya nggak bagus? Dan masiiih banyak kekhawatiran lainnya" ucapnya dalam pesan WA. kemudian beliau tutup dengan pesan menarik yaitu:

"Bukankah tulisan yang buruk jauh lebih baik daripada tulisan yang tidak selesai?
So, ayooo semangattt menulisss ... ✍🏻✍🏻✍🏻"

Sesi tanya jawabpun tiba, peserta antusias bertanya tentang dunia tipu ini.  Ah pertanyaan kedua menggoda Mbak Dita dari Mugiarni dari Kabupaten Tangerang. Beliau membagikan tulisannya terkait dunia digital, memang beliau pakarnya ya. aku abadikan saja link yang dibagikan di sini, https://www.kompasiana.com/amp/ditta13718/62f536faa51c6f7f06629172/literasi-digital-kemkominfo-bagian-1-literasi-dan-budaya-digital.

"Untuk menjawab pertanyaan pertama, artikel yang pernah saya buat mungkin bisa sedikit menambah wawasan kita terkait Budaya Digital" begitu sambutan hangat yang beliau tunjukkan saat menjawab pertanyaan. Kemudian beliau membagikan link Bagian Kedua untuk dijadikan bahan bacaan tentang Etika Digital:


Lanjutnya, "Untuk yang nomor dua, saya jadi teringat dengan pengalaman salah satu Guru Penggerak di Angkatan 3. Beliau juga kurang lebih mengalami hal yang sama".

"Salah satu kuncinya ada di komunikasi. GP saya menemui tokoh dari kelompok yang anti terhadap sekolah. Tidak sekedar tatap muka di sekolah, GP saya bahkan datang langsung ke rumah beliau. Alhamdulillah hasilnya positif, malah tokoh tersebut jadi curhat terkait hal-hal yang membuatnya anti pada sekolah. Sampaikan dengan niat yang baik dan tulus dari hati. Karena apa yang disampaikan dari hati, akan sampai ke hati pula 😊".

Beliau menyarankan agar dapat dicoba tips darinya dalam mengatasi masalah bu Mugi dan memeprsilahkan wapri jika masih ada yang belum jelas.


Ini aku suka pertanyaannya, izin save ya disini: 

"P3

Assalamu'alaikum

Indah - Banjarnegara

Bagaimana cara mengatasi WB saat kita mengikuti 3 pelatihan sekaligus,, seperti yang saya alami saat ini, saya mengikuti pelatihan KBMN 28, tapi juga minat dengan tantangan Prof. Ekoji, dan juga program dari pak Dail...semuanya hanya membutuhkan waktu singkat, kadang kalo digunakan untuk membaca-baca seperti ada waktu yang hilang, mohon pencerahannya agar semuanya dapat terselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan".

Beliau menjawab buatlah skala prioritas dan jadwal menulis. Beliau sangat yakin bisa dilakukan dengan baik oleh Bu Indah asalkan dijalani dengan baik dan istiqomah. Kenali waktu yang disukai untuk menulis, iya waktu "Emas" apakah subuh, sebelum tidur atau saat jeda istirahat? Menulislah pada waktu yang dianggap terbaik bagi kita.

That's It, ini kuncinya cari waktu terbaik yang paling kita sukai saat menuangkan isi kepala menjadi tulisan. Ingat waktu terbaik kita tidaklah sama, kalau aku waktu terbaik saat bangun tidur di pagi hari dan saaat selepas kerja wajib pada sore hari. 

Satu lagi pertanyaan penting, harus dicatat lengkap di sini:

"P8

Saya Umatun nur islamiuato peserta KBMN 28 dari Kemenag kab Magelang jateng.saya penulis awam dan masih awal.semangat menulis karena kagum kpd Bunda Lilis sutikno.

Pertanyaan: Bagaimana trik trik biar bisa menulis yang bermutu.

Saya mulai menulis sudah setua ini umur saya yaitu 50 tahun  lebih.tapi saya semangat".

Mbak Dita  dengan semangat menjawabnya dengan mengulang kembali kisah Bunda Lilis dan Bunda Kanjeng cocok jadi inspirasi nih untuk kasus Bunda. Untuk tipsnya "practice makes perfect" dan perbanyak membaca terkait dengan apa yang akan kita tulis. Misal jika Bunda senang menulis puisi, maka mari membaca karya karya sastrawan terkemuka. Bila senang cerpen, mari perbanyak baca cerpen yang berhasil dimuat di media massa atau karya cerpenis populer. Membacanya harus seperti kacang goreng. Dinikmati, diresapi kata-katanya, kenali diksi yang digunakan, dsb. Bukankah makan kacang goreng lebih nikmat bila perlahan, bukan sekaligus. Lain halnya jika ingin menulis karya ilmiah, ya mesti mau membaca jurnal. Hehe... Saya pernah baca tulisan Prof. Ngainun, jika ingin menulis jurnal, setidaknya kita harus membaca beberapa volume dari jurnal yang kita targetkan".

Pokoknya tetap semangat ya Bun. Usia bukan halangan bagi seseorang untuk bisa menjadi penulis andal 🥰. Ini penutup jawaban beliau setelah panjang lebar menjawab pertanyaan bunda satu ini.


Aku tidak tertarik bertanya, karena apa yang akan kutanyakan sudah terwakili oleh teman-teman, ia bagaimana caranya menjadi penulis handal? jawabanya ia harus berani melewati proses menjadi penulis itu sendiri, mulailah dan terus menulis hingga menjadi handal. 

Rangkuman jawaban pertanyaan dari teman-teman berikut dapat dijadikan sebagai tips menjadi penulis handal: disarikan dari pertanyaan Bu Wahyuning, Pak Agung, Pak Rahman, Bu Maria, Bu Umatun, yaitu: mulai menulis,lalu konsisten menulis dan berbagi tulisan, ikuti kelas menulis, yakin bahwa setiap tulisan akan bertemu jodohnya.  Menulislah jangan ragu, pakai teori salah ndak apa atau free writing. Harus punya mental penulis, ini linknya: https://youtu.be/UkRDLmA4dUY.  kemudian "practice makes perfect" dan perbanyak membaca terkait dengan apa yang akan kita tulis. Jangan menilai tulisan sendiri, tulis saja. Kita harus percaya diri dengan tulisan kita sendiri. Jika sedang terkena virus BW segera sadari dan cari solusi terbaik menurut kita.

Closing statement pun tiba, beliau berpesan bahwa "Ada pepatah yang mengatakan: "It doesn't matter how brilliant is your brain. If u do not speak up, it would be zero." Mari, tuangkan dan sampaikan ide ide kita, pemikiran pemikiran kita, perasaan perasaan kita agar menjadi lebih bermakna".

Betul juga ya...mana orang tahu isi kepala kita jika tidak dituangkan dalam bentuk tulisan...ayo menulis....mulailah dari yang mudah dan dekat dengan kita. Lalu kita bida keliling dunia, kata Omjay yang sudah ke Negeri Panda karena tarian ujung jarinya.

Bu Ralipun berpamitan: "Baiklah bapak ibu yg berbahagia.. Saya juga ingin undur diri. Namun sebelumnya ada yang ingin saya sampaikan...

Sedikit tips yang saya kutip dari seorang penulis bernama Mark Twain:

"Rahasia untuk maju adalah memulai. Rahasia untuk memulai adalah memecah tugas-tugas rumit Anda yang luar biasa menjadi tugas-tugas kecil yang dapat dikelola, dan kemudian memulai dari yang pertama."

Kompor teruuuuus....sampai meledak......jadi penulis handal....Ha..ha...ha....suka...suka...suka...aku terbakar api cemburu, cemburu belum punya buku solo seperti ini:


Jika dicermati, bergotong-royong untuk mencapai kesuksessan yaitu dengan berkolaborasi. Hal ini coba diterapkan oleh Omjay dan tim solid. Ketika buku solo berhasil diterbitkan, bersama-sama melakukan kebaikan dan pemasaran bukupun bersama-sama dilakukan hingga berhasil meraih sukses penjualan buku. Ini sistem yang hebat, inilah kekuatan bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Wujudkan jadi penulis handal, jangan ragu karena semua kita bisa menulis asalkan KONSISTEN. 

INSYA ALLAH JADI PENULIS HANDAL.....MULAILAH....JANGAN BERHENTI LAGI, KONSISTENLAH,......TERUS MENULIS DAN MENULIS....SERTA BERGABUNGLAH DALAM GRUP MENULIS AGAR TETAP SATU FREKUENSI ......LALU NIKMATI ........ PANTASKAN DIRI KITA DISEBUT PENULIS HANDAL. 

MENULISLAH RAIH TIKET BERKELILING DUNIA....... KITA BISA......YO YO AYO MENULISLAH DUHAI MILMA (edisi menasihati diri sendiri).

Terimakasih Omjay, Om Dail, Mbak Rofi, Mbak Dita, Mbak Rali, Mbak Helwiyah, dan semua tim solid yang dengan ikhlas berbagi dan tanpa mengenal lelah. Semoga ini menjdi wasilah turunnya karma baik kepada kita semua dan dicatat sebagai ladang pahala amal jariyah....aaamiiin....sehat dan berkah ya....aaamiiin..

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PELUANG KEJADIAN MAJEMUK

WISATA MATEMATIKA

SI BUDI BERTANYA tentang MODUL AJAR